Kontroversi Pasar Bauntung Banjarbaru Era Nadjmi-Jaya Kembali Muncul Jelang Pilkada 2024
Dionline24.News – Belakangan mencuat keluhan pedangan Pasar Bauntung Banjarbaru. Kabarnya seorang pedagang mengeluh pendapatannya menurun setelah direlokasi dari Kemuning ke Jalan RO Ulin Kelurahan Loktabat Selatan.
Katanya, kebijakan relokasi pasar bikin pedagang kehilangan pendapatan secara ekonomi. Lokasi yang dipilih dinilai tidak strategis. Hal ini menjadi dasar kekecewaan terhadap Aditya, sebagai Wali Kota Banjarbaru 2021-2024.
Kini, kontroversi relokasi pedagang pada 2021 silam itu menjadi isu liar menjelang Pilkada 2024. Entah siapa yang memantik, tiba-tiba nama calon petahana Wali Kota Banjarbaru HM Aditya Mufti Ariffin digoreng.
Sekjen Parlemen Jalanan sekaligus pengamat kebijakan di Banjarbaru, Edy Saifuddin angkat bicara. Ia menegaskan masalah relokasi Pasar Bauntung dilakukan di zaman kepemimpinan Nadjmi Adhany-Darmawan Jaya.
“Untuk perencanaan dan pembahasan anggaran relokasi Pasar Bauntung mulai dikaji sejak 2018, zaman kepemimpinan Nadjmi Adhani-Darmawan Jaya,” ungkap Edy, Senin (23/9/2024).
Ia menjelaskan, relokasi Pasar Bauntung masuk dalam RPJMD Pemko Banjarbaru kala itu. Anggaran pagunya Rp104 miliar.
Sebagian besar, yakni Rp86 miliar, meminjam kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), BUMN milik Kementerian Keuangan RI. Bunganya 7 persen yang dibayar bertahap.
Alasan berutang, Pemko saat itu tidak punya dana cadangan yang cukup. “Pasar rampimh di akhir masa kepemimpinan Nadjmi-Jaya, soft oppening Pasar Bauntung resmi digelar tanggal 16 Februari 2021,” ingat Edy.
Tak lama, tanggal 26 Februari 2021, HM Aditya Mufti Ariffin – Wartono resmi dilantik memimpin Kota Banjarbaru selanjutnya.
Menurut Edy, suka tidak suka Aditya wajib melanjutkan Pasar Bauntung. Karena bangunan sudah didirikan dan anggarannya sudah digunakan.
“Kalau Aditya tiba-tiba membatalkan program tersebut, maka akan merugikan banyak pihak,” jelasnya.
Edy pribadi mengakui kinerja Aditya sudah luar biasa. Sebab di tahun pertama Aditya memimpin Banjarbaru, dunia sedang dilanda Covid-19. Perekonomian langsung terpuruk.
Di saat bersamaan, Aditya juga harus menanggung beban angsuran dan bunga yang ditinggalkan oleh pemimpin era sebelumnya.
“Tapi semuanya tetap dapat diatasi. Itu artinya Aditya bisa memanajemen anggaran dengan baik, ia bisa memecahkan masalah dengan baik,” jelasnya lagi.
Lantas bagaimana tanggapan terkait pemberitaan yang beredar? Edy mengira kalau hal itu adalah isu yang sengaja dibuat-buat tanpa dasar.
“Aditya termasuk orang yang bijak, sebab operasional pasar Bauntung di RO Ulin masih berjalan baik dari pada tidak berjalan dan mangkrak begitu saja, itu merugikan daerah. Artinya tuduhan yang dilontarkan tidak beralasan,” pungkasnya.
Di sisi lain, Ketua Paguyuban Pasar Bauntung Banjarbaru, Darmanto, justru blak-blakan soal kondisi sebenarnya di Pasar Bauntung yang baru. Ia menegaskan bahwa kondisi pasar dari hari ke hari sudah semakin ramai.
“Seiring perkembangan pasar sekitar 80 persen aktivitas jual beli semakain ramai,” ucap Darmanto.
Menurutnya, situasi di setiap pasar memang bisa berubah setiap waktunya, baik ramai maupun sebaliknya. Kondisi ini juga yang akan mempengaruhi emosional pedagang dan menurutnya hal yang wajar. “Kalau jualannya ramai senang, kalau jualannya sepi ya pasti ada yang mengeluh,” ujarnya.
Lebih jauh, Darmanto mengakui Pemko Banjarbaru juga terus memberikan dukungan kepada para pedagang. Seperti 2022 dan 2023, para pedagang mendapatkan potongan retribusi sebesar 50 persen.
Kemudian di 2024 ini, Paguyuban Pasar mengusulkan untuk potongan retribusi menjadi 25 persen. Meskipun tak sebesar tahun-tahun sebelumnya, hal tersebut tetap meringankan beban pedagang.
“Itu sudah sangat meringankan. Seperti lapak sayur yang normalnya Rp240 ribu menjadi sekitar Rp140 ribu saja. Dan potongan retribusi ini rata semua, dan mereka setuju. Alhamdulillah semua sinkron saja,” tuntasnya.
Tinggalkan Balasan