Liputan24.Net – Puncak pelaksanaan haul ke-87 ulama besar Syekh Muhammad Kasyful Anwar (Datu Kasyful) digelar di Musala Raudhatul Anwar, Desa Kampung Melayu Ilir, Kecamatan Martapura Timur, pada Jumat (18/4/2025) malam.

Ribuan jemaah dari berbagai daerah memadati area Kubah Datuk Kasyful, musala, dan sekitarnya. Tampak hadir Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Hasnuryadi Sulaiman, Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyi, sejumlah alim ulama, habaib, guru-guru Pondok Pesantren Darussalam, serta tokoh masyarakat.

Kegiatan haul dimulai setelah salat isya berjemaah, dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin, Maulid Habsyi, zikir, tahlil, serta doa yang dipimpin oleh Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Martapura, KH Hasanuddin bin KH Badruddin.

Dalam tausiahnya, KH Ahmad Rifani Abdul Qadir mengisahkan secara ringkas riwayat hidup (manakib) Datuk Kasyful. Syekh Muhammad Kasyful Anwar dikenal sebagai ulama besar dan salah satu pendiri Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Ayahnya, KH Ismail, juga seorang ulama dan merupakan guru pertama beliau sebelum menuntut ilmu di Mekah selama 25 tahun.

“Di Mekah, almarhum berguru langsung kepada ulama besar penulis kitab Hasyiah I’anah Al Thalibin, Sayid Bakri Syatha, dan sejumlah ulama besar lainnya. Sekembalinya dari Mekah, almarhum menjadi salah satu pendiri pesantren tertua di Kalimantan, yakni Pondok Pesantren Darussalam, dan menjabat sebagai pimpinan periode ketiga selama 18 tahun (1922-1940). Di bawah kepemimpinannya, terjadi perubahan fundamental seperti sistem pendidikan formal yang sebelumnya berupa halaqah tradisional,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Guru Rifani menjelaskan bahwa Datuk Kasyful adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan juga merupakan salah satu pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

“Berkat keikhlasan almarhum, Pondok Pesantren Darussalam kini menjadi besar dan melahirkan banyak ulama besar seperti KH Syarwani Abdan, KH Anang Sya’rani Arief, KH Abdul Qadir Hasan, dan KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani. Tidak salah jika Martapura dijuluki Kota Serambi Mekah, karena banyak menghasilkan ulama besar layaknya Mekah, Madinah, dan Hadramaut,” tutupnya.

Datuk Kasyful Anwar wafat pada malam Senin, 18 Syawal 1359 Hijriah, bertepatan dengan 18 September 1940, pada usia 50 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Kampung Melayu Ilir, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar.